Selasa, 20 Maret 2012

Teori dan Tujuan Penjaskes


Persepektif Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi siswa melalu aktivitas jasmani

Gerak memegang peranan yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Sejak bayi, kanak-kanak hingga dewasa, perkembangan gerak sangat mempengaruhi perkembangan secara keseluruhan fisik, intelektual, sosial, dan emosional. Berikut ini adalah teori-teori dan tujuan didalam penajas :


Pertama.
Menurut UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20 TAHUN 2003
TENTANG
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk  watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk  berkembangnya potensi peserta didik  agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak  mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis  serta
bertanggung jawab.
Kedua. Teori-teori penjas menurut pakar
  1. Menurut SK Menpora nomor 053A/MENPORA/1994 “Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan  yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh kemampuandan keterampilan jasmani, pertumbuhan fisik, kecerdasan dan pembentukan watak



  1. Pendidikan Jasmani bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematis (CDC, 2000;  Disman, 1990; Pate dan Trost, 1998)
  2. Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang (Schmith, 1983; Brophy & Good,1986; Rosenshill & Stevens, 1986; Evertson, 1989).
Ketiga. Hakikat Penjas
a.       Dalam proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta pembiasaan pola hidup sehat.
b.      Pendidikan jasmani memberikan kesempatan anak untuk meningkatkan kepekaan sosial yang kooperatif, memiliki rasa hormat dan apresiasi terhadap perbedaan (Hamied, 2003: 9)



Ke Empat. Tujuan Penjas
Digolongkan dalam tiga ranah/domain (Bloom & Krathwohl, 1956) :
1. Ranah kognitif (pengetahuan/intelektual)
2. Afektif (perasaan/emosi/sikap)
3. Psikomotor (keterampilan gerak)
Menurut Annarino (1980), ditambah satu ranah/domain lagi:
  1. 4. Ranah jasmani (berfungsinya sistem tubuh)

Ke Lima. Tujuan Penjas
Ranah Kognitif (Pengetahuan)
1. Mengetahui makna sikap tubuh yang baik;
2. Mengetahui fungsi tubuh yang baik;
3. Memahami makna dan pentingnya kebugaran jasmani;
4. Memahami peraturan, strategi, dan nilai-nilai jasmani;
5. Mengetahui peraturan bagi keselamatan di air

 

 

 

Ke Enam. Ranah Kognitif (Pengetahuan)

  1. Mengetahui makna sikap tubuh yang baik;
  2. Mengetahui fungsi tubuh yang baik;
  3. Memahami makna dan pentingnya kebugaran jasmani;
  4. Memahami peraturan, strategi, dan nilai-nilai jasmani;
  5.  Mengetahui peraturan bagi keselamatan di air




Ke Tujuh. Ranah Afektif (Perasaan/sikap)
1. Berkeinginan untuk sehat;
2. Membutuhkan latihan jasmani agar bugar;
3. Menghargai nilai sportivitas;
4. Memelihara hubungan yang sehat dalam kelompok;
5. Menghargai hak-hak orang lain;

Ke Delapan. Ranah Psikomotorik (keterampilan gerak)
1. Kemampuan berjalan, berlari, duduk yang baik;
2. Menguasai cabang olahraga ………. ;
3. Memiliki kemampuan berenang dengan baik;
4. Memiliki keterampilan beladiri dengan baik;
5. Memiliki kemampuan keterampilan dasar (lari’ lompat, lempar, angkat dalam  
    aktivitas jasmani.

Ke Sembilan. Tujuan Penjas
Menurut Bucher (1983)
1. Perkembangan kesehatan, jasmani, dan organ - organ tubuh;
2. Perkembangan mental-emosional;
3. Perkembangan neuro-muskular;
4. Perkembangan sosial; dan
5. Perkembangan intelektual.
Menurut Nurhasan
  1. Meletakkan landasan moral yang kuat dalam pendidikan jasmani
  2. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, soial, toleransi.
  3. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pendidikan jasmani
  4. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, dan percaya diri.




Ke sepuluh. Pandangan tradisional tentang penjas
Menganggap bahwa Pendidikan jasmani hanya semata-mata mendidik jasmani atau sebagai pelengkap, penyeimbang, atau penyelaras pendidikan rohani manusia. Dengan kata lain pendidikan jasmani hanya sebagai pelengkap
Di Amerika Serikat, pandangan dikotomi ini muncul pada akhir abad 19 (1885-1900), yang dipengaruhi oleh sistem Eropa, seperti sistem Jerman dan system Swedia; yang menekankan pada perkembangan aspek fisik, kehalusan gerak, dan karakter peserta didik, dengan gymnastik sebagai
Penjas lebih berperan sebagai “medicine” (obat) dari pada pendidikan. Oleh karena itu para pengajar Pendidikan jasmani berlatarbelakang  akademis kedokteran dasar, sehingga dalam merumuskan tujuan, program pelaks, dan penilaian menjadi salah kaprah. Yaitu cenderung kepada upaya memperkuat badan, memperhebat ketr fisik yg mengabaikan kepentingan jasmani itu sendiri.


Ke Sebelas. Pandangan Modern
Pandangan modern atau sering disebut juga pandangan holistik, menganggap bahwa manusia bukan sesuatu yang terdiri dari bagian-bagian yg terpilah-pilah. Manusia adl kesatuan dari berbagai bagian yang terpadu. Oleh karena itu pendidikan jasmani tidak hanya berorientasi pada jasmani (satu komponen
Di Amerika Serikat dipelopori oleh Wood dilanjutkan Hetherington tahun 1910. Pendidikan jasmani dipengaruhi “progressive education” bahwa semua pendidikan harus memberi kontribusi terhadap perkembangan anak secara menyeluruh, dan penjas mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perkembangan tersebut.
3. Pandangan di Indonesia
Pandangan holistik oleh Jawatan Pendidikan Jasmani tahun 1960: “Pendidikan jasmani adalah pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-potensi aktivitas manusia berupa sikap, tindak, dan karya yg diberi bentuk isi, dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai dengan cita-cita kemanusiaan”
Definisi yang relatif sama, oleh Pangrazi dan Dauer (1992) Pendidikan jasmani merupakan bagian dari program pendidikan umum yang memberi kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak, terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh. Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan cara-cara yg tepat agar memiliki makna bagi anak. Pendidikan jasmani merupakan program pembelajaran yang memberikan perhatian yang proporsional dan memadai pada domain-domain pembelajaran, yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif.